Jumat, 12 Juli 2013

Kemandirian



 Definisi Kemandirian
      Kata kemandirian” berasal dari kata” diri” yang mendapatkan awalan “ke” dari akhiran “an”yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan “diri” itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah “self” karena “diri” itu merupakan inti dari kemandirian.
      Upaya mendefinisikan kemandirian dan proses perkembangannya, ada berbagai sudut pandang yang sejauh perkembangannya dalam kurun waktu sedemikian lamanya telah dikembangkan oleh para ahli. Emil Durkheim berpendapat bahwa kemandirian itu tumbuh dan berkembang Karena adanya dua Faktor yang merupakan elemen prasyarat bagi kemandirian yaitu :
1.    Adanya disiplin yaitu adanya aturan bertindak  dan otoritas,
2.    Adanya komitmen terhadap kelompok. 
Dalam pandangan konformistik, kemandirian merupakan konformitas terhadap prinsip moral kelompok rujukan. Oleh sebab itu, individu yang memiliki kemandirian pengambilan keputusan pribadinya dilandasi oleh pemahaman mendalam akan konsekuensi dari tindakannya itu. Dengan demikian, dalam pandangan konformistik ini pemahaman mendalam tentang faktor moralitas menjadi faktor utama pendukung perkembangan kemandirian.  Bahkan, menurut Sunaryo Kartadinata (1988), faktor pemahaman inilah yang membedakan kemandirian (self-determinism) dari kepatuhan (submission) karena dengan pemahaman inilah individu akan terhindar dari konformitas pasif.  


Perkembangan kemandirian individu sesungguhnya merupakan perkembangan hakikat eksistensial manusia. Penghampiran terhadap kemandirian dengan menggunakan perspektif yang berpusat pada masyarakat cenderung memandang bahwa lingkungan masyarakat merupakan kekuatan luar biasa yang menentukan kehidupan individu. Dari sudut pandang ini, seolah-olah individu itu tidak memiliki kekuatan apa-apa untuk menentukan perbuatannya sendiri.
Dalam konteks kesamaan dan kebersamaan ini, Abrahaman H.Maslow(1971)membedakan kemandirian menjadi dua,yaitu:
·         Kemandirian aman (secure autonomy)
·         Kemandirian tak aman (insecure autonomy)
Kemandirian aman adalah kekuatan untuk menumbuhkan cinta kasih pada     dunia,kehidupan,dan orang lain,sadar akan tanggungjawab bersama,dan tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan.kekuatan ini digunakan untuk mencintai kehidupan dan membantu orang lain.sedangkan kemandirian tak aman adalah kekuatan kepribadian yang dinyatakan dalam perilaku menentang dunia. Maslow menyebut kondisi seperti ini sebagai ”selfish autonomy” atau kemandirian mementingkan diri sendiri.
Perkembangan kemandirian adalah proses yang menyangkut unsur-unsur normatif. ini mengandung makna bahwa kemandirian merupakan suatu proses yang terarah.karena perkembangan kemandirian sejalan dengan hakikat eksistensial manusia,maka arah perkembangan tersebut harus sejalan dengan dan berlandaskan pada tujuan hidup manusia.
Meskipun dalam proses peragaman manusia sudah memiliki kemampuan instrumental, tetapi belum sampai kepada kemandirian karena pemunculannya baru pada aspek-aspek kehidupan tertentu. Proses peragaman ini sesungguhnya baru sampai pada suatu titik yang disebut dengan “having process” (proses pemilikan) pengetahuan, keterampilan, teknologi. Proses peragaman ini bahkan harus berkembang terus sampai pada suatu tingkat yang disebut dengan tingkat integrasi atau tingkat mendunia. Pada tingkat ini perkembangan individu sudah sampai pada tingkat mendekatkan diri pada dunia yang dihadapi dan dihidupinya; bukan mengasingkan diri dari dunianya sehingga menimbulkan kemandirian yang tidak aman. Interaksi dan dinamika perkembangan kemandirian manusia menuju tahapan integrasi ini dapat digambarkan dengan 5 karakteristik, yaitu :
1.    Kedirian
2.    Komunikasi
3.    Keterarahan
4.    Dinamika
5.    Sistem nilai

 Tingkatan dan karakteristik kemandirian
Sebagai suatu dimensi psikologis yang kompleks, kemandirian dalam perkembangannya memiliki tingkatan-tingkatan. Perkembangan kemandirian seseorang juga berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkatan perkembangan kemandirian tersebut. Lovinger mengemukakan tingkatan kemandirian beserta cirri-cirinya sebagai berikut :
  1. Tingkatan pertama, yaitu tingkat implusif dan melindungi diri
Ciri-ciri :
a.    Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.
b.     Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu.
c.    Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.


  1. Tingkatan kedua, yaitu konformistik
Ciri-ciri :
a.    Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial.
b.    Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.
c.    Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi.
d.    Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal.
  1. Tingkatan ketiga, yaitu :
Ciri-ciri :
a.    Mampu berpikir alternatif
b.    Memikirkan cara hidup
c.    Penyesuaian terhadap situasi dan peranan
d.    Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada
  1. Tingkatan keempat, yaitu :
Ciri-ciri :
a.    Bertindak atas dasar nilai-nilai internal
b.    Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan
c.    Sadar akan tanggungjawab
d.    Mampu melakukan krtik dan penilaian diri
  1. Tingkatan kelima, yaitu :
a.    Peningkatan kesadaran individualitas
b.    Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan
c.    Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain
d.    Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dal$am kehidupan
  1. Tingkatan keenam, yaitu :
a.    Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan
b.    Peduli terhadap paham-paham abstrak, sdeperti keadilan sosial
c.    Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan
d.    Peduli akan pemenuhan diri
 Pentingnya Kemandirian bagi Subjek Didik
Subjek didik akan selalu dihadapkan pada situasi dan dinamika kehidupan yang terus berubah dan berkembang. Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan itu, yang pada saat sekarang seolah-olah telah menjadi bagian yang mapan dari kehidupan masyarakat, sebagian demi sebagian akan bergeser atau bahkan mungkin hilang sama sekali karena digantikan oleh pola kehidupan baru pada masa mendatang yang diprakirakan akan semakin kompleks.
Kecenderungan yang muncul di permukaan dewasa ini, ditunjang oleh laju perkembangan teknologi dan arus gelombang kehidupan global yang sulit atau tidak mungkin untuk dibendung., mengisyratkan bahwa kehidupan masa mendatang akan menjadi syarat pilihan rumit. Ini mengisyratkan pila bahwa manusia akan semakin didesak kearah kehidupan yang amat kompetitif.

Situasi kehidupan semacam itu memiliki pengaruh kuat terhadap dinamika kehidupan remaja, apalagi remaja, secara psikologis, tengah berada pada masa topan dan badai dan tengah-tengah mencari jatidiri. Pengaruh kompleksitas kehidupan dewasa ini sudak tampak pada berbagai fenomena remaja yang perlu memperoleh perhatian pendidikan. Fenomena yang tampak akhir-akhir ini antara lain perkelahian anatrpelajar, penyalahgunaan obat dan alkohol, reaksi emisional yang berlebihan, dan berbagai perilaku yang mengarah pada tindak kriminal.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kemandirian Subjek Didik
Sebagaimana aspek-aspek psikologis lainnya, maka kemandirian juga bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat pada diri individu sejak lahir. Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang dating dari lingkungannya., selain potensi yang telah dimilikinya sejak lahir sebagai keturunan dari orang tuanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian, yaitu:
1.    Gen atau keturunan orang tua.
2.    Pola asuh orang tua
3.    Sistem pendidikan di sekolah
4.    Sistem kehidupan di masyarakat.

Dengan asumsi bahwa kemandirian sebagai aspek psikologis itu berkembang tidak dalam kevakuman atau diturunkan oleh orang tuanya, maka intervensi-intervensi positif melalui ikhtiar pengembangan atau pendidikan sangat diperlikan bagi kelancaran perkembangan kemandirian remaja.
Sejumlah intervensi dapat dilakukan sebagai ikhtiar pengembangan kemandirian remaja, antara lain :
1.    Penciptaan partisipasi dan keterlibatan remaja dalam keluarga, ini dapat diwujudkan dalam bentuk :
a.    Saling menghargai antaranggota keluarga
b.    Keterlibatan dalam memecahkan masalah remaja atau keluarga.

2.    Penciptaan keterbukaan.Ini dapat diwujudkan dalam bentuk :
a.    Toleransi terhadap perbedaan pendapat
b.    Memberikan alas an terhadap keputusan yang di ambil bagi remaja
c.    Keterbukaan terhadap minat remaja
d.    Mengembangkan komitmen terhadap tugas remaja
e.    Kehadiran dan keakraban hubungan dengan remaja.

3.    Penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk :
a.    Mendorong rasa ingin tahu remaja
b.    Adanya jaminan rasa aman dan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan
c.    Adanya aturan, tetapi tidak cenderung mengancam bila di taati.

4.    Penerimaan positif tanpa syarat. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk :
a.    Menerima apapun kelebihan maupun kekurangan yang ada pada diri remaja
b.    Tidak membeda-bedakan remaja satu dengan yang lain
c.    Menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk kegiatan produktif apapun, meskipun sebenarnya hasil nya kurang memuaskan.

5.    Empati terhadap remaja. Ini dapat di wujudkan dalam bentuk :
a.    Memahami dan menghayati pikiran dan perasaan remaja
b.    Melihat sebagai persoalan remaja dengan menggunakan perspektif atau sudut pandang remaja
c.    Tidak mudah mencela karya remaja betapapun kurang bagus nya karya itu.
6.    Penciptaan kehangatan hubungan remaja. Hal ini dapat di wujudkan dalam bentuk :
a.    Interaksi secara akrab tetapi saling menghargai
b.    Menambah frekuensi interaksi dan tidak bersikap dingin terhadap remaja
c.    Membangun suasana humor dan komunikasi ringan dengan remaja.


 Konsep Kemandirian
   Berdasarkan Konsep independence ini steinberg (1995)menjelaskan bahwa anak yang sudah mencapai indepedence ia mampu menjalankan atau melakukan sendiri melakukan aktivitas hidup terlepas dari pengaruh kontrol orang lain terutama orang tua. Misalnya,ketika anak ingin buang air kecil ia langsung pergi ke toilet, tidak merengek-rengek meminta di bantu buka celana tau minta di carikan tempat kencing.kemandirian yang mengarah kepada konsep idependence ini merupakan bagian dari perkembangan autonomy mencakup dimensi emosional,behavioral,dan nilai.
   Dalam pandangan Lerner (1976), konsep kemandirian (autonomy)mencakup kebebasan anak bertindak,tidak tergantung kepada orang lain,tidak terpengaruh lingkungan dan bebas mengatur kebutuhan sendiri.konsep kemandirian ini hampir senada dengan yang di ajukan watson dan lindgren (1973) yang menyatakan bahwa kemandirian (autonomy) ialah kebebasan untuk mengambil inisiatif mengatasi hambatan,gigih dalam usaha,dan melakukan sendiri segala sesuatu tanpa bantuan orang lain.
   Menurut Steinberg(1995,286) kemandirian emosional berkembang lebih awal dan menjadi dasar bagi perkembangan kemandirian Behavioral dan nilai. Sembari individu mengembangkan secara lebih matang kemandirian emosionalnya,secara perlahan ia mengembangkan kemandirian behavioralnya.perkembangan kemandirian emosional dan behavioral tersebut menjadi dasar bagi perkembangan kemandirian nilai. Oleh karena itu, pada diri individu kemandirian nilai berkembang lebih akhir di banding kemandirian emosional dan behavioral.

Dinamika Perkembangan Kemandirian pada anak usia SD
   Bagi anak usia SD, Kemandirian merupakan faktor psikologis yang fundamental, sebab sebagai jembatan untuk lepas dari ikatan emosional orang lain, terutama orang tua. Bagi mereka,kemandirian yang kuat akan menjadi dasar bagi kemandirian pada masa remaja, dewasa dan seteerusnya. Bahkan pentingnya kemandirian di peroleh anak terkait dengan pencapaian identitas diri kelak pada masa remaja. Oleh karena itu anak usia SD mulai dengan begitu gigih dalam memperjuangkan kemandirian.
      Dalam analisis Steinberg(1995:290) jika anak,mampu memutuskan simpul-simpul ikatan infantile maka ia akan melakukan separasi inilah yang merupakan dasar bagi pencapaian kemandirian terutama kemandirian yang bersifat independence. Dengan kata lain kemandirian yang pertama muncul pada diri individu adalah kemandirian yang bersifat independence, yakni lepasnya ikatan-ikatan emosional infantile sehingga ia dapat menentukan sesuatu tanpa harus selalu ada dukungan emosional dari orang tua. oleh karena itu pada masa anak sekolah terutama menjelang pubertas ada suatu pergerakan kemandirian yang dinamis dari ketidakmandirian individu pada masa kanak-kanak menuju kemandirian yang lebih bersifat autonomy pada masa remaja dan dewasa.

 Tipe-Tipe Kemandirian Anak SD
    Steinberg (1995:289) membagi Kemandirian dalam tiga tipe, yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral autonomy),dan kemandirian nilai (values autonomy).
1. Kemandirian Emosional (Emotional Autonomy)
   Menurut Silverberg dan Steinberg ada empat aspek kemandirian Emosional, yaitu (1) sejauh mana individu mampu melakukan de-idealized terhadap orang tua, (2) sejauh mana individu  mampu memandang orang tua sebagai orang dewasa umumnya (parents as people), (3) sejauh mana individu tergantung kepada kemampuannya sendiri tanpa mengharapkan bantuan emosional orang lain (non dependency), dan (4) sejauh mana individu mampu melakukan individualisasi di dalam hubungannya dengan orang tua.
    Aspek pertama dari kemandirian emosional adalah de-idealized,yakni kemampuan individu untuk tidak mengidealkan orang tuanya.perilaku yang dapat di lihat ialah individu memandang orang tua tidak selamanya tahu,benar,dan memiliki kekuasaan,sehingga pada saat menentukan sesuatu maka mereka tidak lagi bergantung kepada dukungan emosional orang tuanya.
    Aspek kedua dari kemandirian emosional adalah pandangan tentang parents as people,yakni kemampuan individu dalam memandang orang tua sebagaimana orang lain pada umumnya.perilaku yang dapat dilihat adalah individu melihat orang tua sebagai individu selain sebagai orang tuanya dan berinteraksi dengan orang tua tidak hanya dalam hubungan orang tua anak tetapi juga dalam hubungan antar individu.
    Aspek ketiga dari kemandirian emosional adalah non dependency, yakni suatu derajat dimana individu tergantung kepada dirinya sendiri dari pada kepada orang tuanya untuk suatu bantuan.perilaku yang dapat dilihat ialah mampu menunda keinginan untuk segera menumpahkan perasaan kepada orang lain,mampu menunda keinginan untuk meminta dukungan emosional kepada orang tua atau orang dewasa lain ketika menghadapi masalah.
     Aspek keempat dari kemandirian emosional pada individu adalah memiliki derajat individuasi dalam hubungan dengan orang tua (individuated). individuasi berarti berperilaku lebih bertanggung jawab. perilaku individuasi yang dapat dilihat ialah mampu melihat perbedaan antara pandangan orang tua dengan pandangannya sendiri tentang dirinya, menunjukkan perilaku yang lebih bertanggung jawab. contoh perilaku individu yang memiliki derajat individuasi diantaranya mereka mengelola uang jajan dengan cara menabung tanpa sepengetahuan orang tua.
1. Kemandirian behavioral (behavioral autonomy).
    Kemandirian perilaku (behavioral autonomy) merupakan kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan.ini terutama berkembang pada masa remaja.hanya sedikit saja kemandirian behavioral yang berkembang pada masa anak.anak yang memiliki kemandirian perilaku (behavioral autonomy) bebas dari pengetahuan pihak lain dalam menentukan pilihan dan keputusan.tetapi bukan berarti mereka tidak perlu pendapat orang lain.
3. Kemandirian Nilai (vaulues autonomy)
     Kemandirian nilai (Vaulues autonomy) merupakan proses yang paling kompleks,tidak jelas bagaimana proses berlangsung dan pencapaiannya,terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya tidak disadari,umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai secara sempurna di banding ke dua tipe kemandirian lainnya.kemandirian nilai (vaulues autonomy) yang dimaksud adalah kemampuan individu menolak tekanan untuk mengikuti tuntutan orang lain tentang keyakinan (belief) dalam bidang nilai.
       Menurut Steinberg dalam perkembangan kemandirian nilai, terdapat tiga perubahan yang teramati.pertama, keyakinan akan nilai-nilai semakin abstrak (absract belief).perilaku yang dapat dilihat ialah individu mampu menimbang berbagai kemungkinan dalam bidang nilai. misalnya, individu mempertimbangkan  berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada saat mengambil keputusan yang bernilai moral. Kedua, keyakinan akan nilai-nilai semakin mengarah kepada yang bersifat prisip (principled belief).



1 komentar:

  1. bisa minta tolong untuk dikirimkan daftar pustaka terkait kemandirian ke email saya?
    azzsyafiq.zahara@gmail.com
    terimakasih

    BalasHapus